
Title | : | Lelaki Ikan |
Author | : | |
Rating | : | |
ISBN | : | 9797092607 |
ISBN-10 | : | 9789797092603 |
Language | : | Indonesian |
Format Type | : | Paperback |
Number of Pages | : | 264 |
Publication | : | First published January 1, 2006 |
Hidayat. Kumpulan cerpen yang penuh daya
imajinatif, ekspresif, serta ditulis dengan gaya bahasa yang enak dibaca. Cerpen
Hudan memang agak unik sekaligus aneh, karena melalui bukunya ini Hudan
bercerita melebihi batas kewajaran. Kisah-kisah paranoid, sekaligus membeberkan sisi lemah manusianya manusia.
Melalui sudut kelemahan manusia tersebut, Hudan bercerita secara lantang
tentang kegilaan manusia. Kegilaan manusia
yang penuh dengan kekerasan, tipu daya, picik, bahkan tumbuhnya niat
jahat terhadap sesama keluarganya sendiri. Akhirnya bermuara untuk membunuh. Secara
keseluruhan, cerpen yang ditampilkan Hudan, sangat menarik. Bagi pemerhati
sastra dan peminat sastra serta masyarakat umum yang menyukai dunia sastra,
buku ini layak dibaca, dipertimbangkan
sebagai sebuah karya baru.
Lelaki Ikan Reviews
-
apakah sebenarnya yang diharapkan teks dari sebuah makna. bagaimana sebuah makna bisa terbentuk dari beberapa kata, alinea, sehingga meciptakan cerita. apakah posisi cerita terhadap makna itu sendiri. apakah makna bisa ada tanpa ada cerita. demikian hudan yang saya kenal. asing dan kesepian.
semesta seperti meloncat tak harmonis dalam kumpulan cerpen lelaki ikan ini. membentuk dunianya sendiri yang asing dan gila. teks demikian liar. memburu pikir untuk menelannya mentah-mentah. kemudian muntah. huek. demikian hudan yang saya tahu. aneh dan nggilani.
hidup tidak ada sangkut pautnya dengan kehadiran tuhan. tuhan adalah mainan anak TK yang sedang belajar membaca. membaca kejadian yang melintas dalam rentang usia dan jarak. tuhan adalah posisi wujud yang menegasikan tubuh kita miliki sendiri. ini tubuh. tubuhku adalah tuhanku. itu vaginamu. ini penisku. demikian kita bertemu. demikian hudan yang saya ngerti. jomblo dan zi yi.
teks. teks. teks teks. teks. teks. teks. teks. teks. pernah kah tiba-tiba kau dihinggapi bahwa tanpa teks pun kita bisa konteks.
menghilangkan tuhan. mawujud tubuh. lelaki dan perempuan. ikan di tengahnya. menjadi penanda. bahwa pernah ada suatu masa. kita pernah menghabiskan waktu bersama. di sebuah ranjang. derit gairah yang membuncah sajak. ada kata yang tak bisa tidur setiap kali kita bersua. apakah itu? selain gagapku akanmu.
meracau apa ini. nikmatilah. nikmatilah. lelaki ikanku dalam keperempuananmu.
gieb. -
Buku ini aku temukan di acara diskon Gramedia di FX - Senayan hari Minggu silam (26/10/08). Malamnya aku coba baca mulai dari halaman paling belakang. Pola membaca seperti ini sih standar untukku. Mencari tau tentang penulisnya, ini niat awalnya. Tapi yang kutemukan bukan cuma sedikit riwayat hidup Hudan Hidayat. Di halaman-halaman terakhir ini juga aku jumpai komentar pembacanya, Mariana Amirudin, yang merupakan kawan menulis HH di novel Tuan dan Nona Kosong. Benar-benar pendapat seorang pembaca yang merupakan kawan.
Lalu aku mulai membaca cerpen pertamanya, Lelaki Ikan. Kemudian Ayat-Ayat Gelap dan Tali. Sampai hari ini aku baru membaca 2 halaman awal cerpen HH yang berjudul Burung Hantu Menangis Sendiri (?).
Dari 3 cerpen (mencoba setia dengan jenis buku yang disebut penerbit dan penulisnya, kumpulan cerpen) yang kubaca, Ayat-Ayat Gelap sulit untuk dikatakan cerpen. Ini semacam penggalan memoar HH ketika banyak bertanya tentang Tuhannya. Bila kukaitkan dengan cerpen Lelaki Ikan, aku temukan rumah singgah yang sama. Di ketiga cerpen tersebut HH berkunjung ke rumah Tuhan, lalu dia duduk di berandanya dan berusaha mendeskripsikan Tuhan dari bentuk rumah dan perabot-perabot-Nya. Yang jadi pertanyaanku adalah, "mengapa HH tidak masuk ke ruang tamu saja lalu berkomunikasi dengan Tuhannya dengan figur nyata yang dia lihat.?"
Sementara ini dulu.. nanti kulanjutkan kalau sudah selesai.. -
dan Hudan Hidayat itu Orang Sakit yang mengaku Nabi Tanpa Wahyu dari sebuah Keluarga Gila yang kemudian menjelma Lelaki Ikan. Edan!
-
Kumpulan cerpen Mas Hudan Hidayat ini sebenarnya mengandung bawang sekaligus "metafora". Jadilah saya yang otaknya pas-pasan gak bisa diajak membaca "berat" membutuhkan waktu lebih lambat. So far, saya suka nama-nama kota yang dituliskan di akhir cerpen, saya diajak jalan-jalan dari Paris, Korea sampai Jakarta. Saya yakin pengalaman mas Hudan keliling "dunia" bisa saya rasakan di tulisannya. Juga pengalaman beliau membaca banyak buku, saya bisa menangkap dalam beragam tulisan "nabi" di buku ini. Dari semua cerpennya saya paling suka Singa yang Anggun karena bercerita tentang gelandangan kedinginan di Barcelona, siapa menyangka negara kaya masih punya gelandangan, mati pula!
-
25 kisah yang terbagi dalam 3 bagian, membawa pembaca berimajinasi liar dalam menikmati kisah-kisah yang ada.
Saya jadi berandai-andai. Jika ada ilustrasi yang dibuat, akan seperti apakah jadinya? Dalam kisah yang juga menjadi judul buku, saya membayangkan adegan terakhir dalam kisah ini. Seekor ikan besar sedang memandangi tebing sambil bergumul dengan seorang nelayan yang berusaha memancingnya. Di tebing, seorang wanita sedang menenangkan seorang anak kecil yang menangis. Matanya nanar menatap ke arah ikan.....melow jadinya.