semua ynag kita rencanakan bisa kita selesaikan, . . '
'jangan hidup seperti lilin, mengorbankan damar utk nyalanya, orangitu masingada tempatnya, Jgn dipaksakan. Perekcil resiko kalo tdk bs tdk bisa menghindarinya, . . '
'suatu hari semua kita akan pulang, kita semua tahu itu. Tapi semua kita belum siap, Selalu begitu. Belum siap mati. Itulha sebabnya kita berdoa, biar diberi umur oleh Allah, . . '
Membaca cerpenHamsad Rangkuti terkadang seperti membaca kepingan kehidupan sekitar, Terasa sangat biasa dan apa adanya, kehidupan menjadi begitu biasa saja bagi mereka yang terbiasa, tapi tidak bagi orang lain yang tak pernah mengalami hal serupa, Dalam cerpenini kepingan kisah menjadi pelengkap untuk kita melihat bahwa hidup memang tak pernah baikbaik saja, segala permasalahan yang digambarkan oleh Hamsad adalah suatu nukilan keseharian yang mungkin biasa tapi siapa tahu bisa jadi luar biasa bagi orang lain.
secara keseluruhan, saya suka kumcer ini, : Realis, tapi tetap liar!
Terima kasih telah mengajakku berkeliling dunia orang kecil di era Suharto dahulu, saya pernah jatuh hati dengan katakata.
makanya saya suka buku. terutama buku cerpen. sebab untuk membaca buku semacam itu tak memerlukan banyak jeda, satu buku yang masih tersisa adalah buku ini, ya, hamsad rangkuti. seperti para sastrawan 'tua' lainnya, hamsad rangkuti paham benar bahwa bagi seorang sastrawan juga yang lain kata adalah sebuah keniscayaan, praktis, hanya dengan kata kita menangkap dunia, seperti sajak subagio sastrowardojo ini:
Asal mula adalah kata
Jagat tersusun dari kata
Di balik itu hanya
ruang kosong dan angin pagi
buku ini adalah pengembaraan abstraksi sebuah dunia.
sebagai abstraksi, tentu buku ini hasil sebuah analisis, menjelang proses abstraksi, sebuah benda diurai ke dalam aspekaspeknya, tak lagi kita temui dalam totalitasnya, Dari sini, konsep lahir. inilah yang bikin saya termehekmehek dengan kumpulan cerita dalam buku ini,
hampir semua yang membaca buku ini, pasti ingat dengan satu cerita ini: maukah kau menghapus bekas bibirnya di bibirku dengan bibirmu hmm, rangkaian kalimat judul ini begitu menegaskan sebuah hasil analisis, abstraksi, identifikasi, dan pembedaan.
kalimat ini berpretensi untuk dikontruksikan, sebagai penanda yang berangsurangsur membentuk peristiwa,
kenapa tibatiba saya menikmati baca cerita pendek ya, mungkin kejadian yang singkat sebenarnya adalah sebuah usaha untuk melawan rotasi waktu, ketika sebuah perjalanan menegaskan jarak yang akan ditempuh, sebuah cerita pendek bisa membuat perjalanan itu tidak terlalu membosankan, dari ceritacerita pendek pun bisa menjadi ceritacerita panjang, yang tentu punya peluang untuk membosankan, tapi inilah hidup. yang membosankan bisa jadi adalah yang paling sering kita lakukan, rutinitas yang mengajak kita akrab dengan kelaziman, pada sisi lain, cerita pendek bisa menjadi pemecah kesuntukan,
kirakira begitu. barangkali.
saran saya: baca dan belilah buku ini ketika kehidupan senantiasa merenggut apa saja, pecahkan rutinitasmu. wujudkan anomalimu.
jabat erat,
gieb,
Legenda buku cerpen Indonesia modern, Awalnya, dalam penceritaan cerpen, setidaknya untuk mengambil minta pembaca, saya beranggapan bahwa kita dituntut untuk memiliki kemampuan untuk bercerita yang lihai.
Sesederhana apapun cerita tersebut, kuncinya berada di teknik bercerita, sedangkan sisanya hanya tambahan, Ternyata anggapan saya salah. Dalam cerpen Alm. Hamsad Rangkuti ini kita tidak akan menemukan halhal seperti itu, Dengan imajinasi yang liar, semua tampil begitu sederhana, Dari pengamatan Alm. Hamsad Rangkuti dapat mengelolanya dengan begitu liar, ada hal yang menarik yang membuat kita selalu terpana dari semua cerita yang ada, dan begitu mudah teringat akan ceritaceritanya.
Alm. Hamsad Rangkuti sangat cermat dengan isi dari ceritaceritanya, ia paham betul dengan segala hal yang terjadi, Kenyataan itu menarik. Hidup juga. Hamsad Rangkuti menyajikan kehidupan yang nyata dengan gaya yang menarik, Kisah pematung yang ingin membuat mahakarya, kisah seorang pemintaminta yang memintaminta dengan cara yang lain dari yang lain, kisah mistis tentang harimau jejadian, semuanya membuka pemikiran tentang betapa kadang kehidupan begitu absurd.
Tapi, bukankah keabsurdan memang selalu ada dalam hidup kita Akuilah, hidup kita ini absurd, Kalau tidak, mana mungkin kita tetap bertahan menjalani hidup yang beginibegini saja, di negara yang juga masih beginibegini saja, yang orangorangnya takut perubahan, yang fanatik, yang oportunis.
Semuanya nyata dan absurd. Hamsad Rangkuti menyuarakan sindirannya dalam keabsurdan sastranya, Cerpen yang dijadikan judul buku agaknya tidak terlalu "wow" karena pada intinya bercerita tentang hubungan percintaan seorang penulis lakilaki berusiadengan perempuan muda berusia.
Pantas lah kalau saya beri bintang lima karena gaya penuturan Pak Hamsad sanggup menggiring saya kepada kenangan akan masa lampau, masa dimana saya pernah menghabiskan waktu
sekolah dasar di sebuah perpustakaan kecil yang koleksi bukubukunya memiliki gaya penuturan yang hanpir sama purbanya.
Dalam buku ini, cerpen yang berjudul Antena dan Saya Tidak Menunggu Tuan! Menjadi favorit saya karena sarat makna dan kesan moral yang mendalam Dua cerpen pertama apik banget lho.
Suatu hari semua kita akan pulang, Kita semua tahu itu. RIP Hamsad. Judul: Bibir dalam Pispot
Penulis: Hamsad Rangkuti
Cetakan:,
Penerbit: Penerbit Buku Kompas
Tebal: xxivhalaman
Thanks to Mas TL.
Sebelumnya saya sudah pernah membaca berulangulang buku ini, Ini buku rekomendasi dosen pembimbing skripsi saya dan ini buku yang menginspirasi keberhasilan skrispsi saya tentang cerpen kompas selain buku Ignas Kleden.
Saat itu saya membutuhkan teori atau pandangan mengenai realitas yang dimasukkan dalam sebuah cerpen, Dan, bravo! Hamsad Rangkuti melakukannya dengan baik melalui buku ini,
Cerpen Hamsad adalah kebohongan yang indah, demikian dituturkan oleh Martin Aleida Kompas,September,
Cerpen jelas adalah karya fiksi, Dan fiksi sudah barangtentu berbeda dengan nonfiksi, Fiksi adalah imajinasi, sementara non fiksi disandarkan pada data dan fakta nyata, Itu kata F Rahardi. Dia juga bilang, karya sastra sebagai fiksi memang bukan sesuatu yang nyata, tetapi karya sastra juga bukan kebohongan, Sastrawan bukan seorang pembohong. Sastrawan yang baik justru selalu menyuarakan kebenaran, Kompas,Maret
Keindahan itu muncul di cerpen 'Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu', Ketika ditanya oleh siswasiswa SMU apakah adeganadegan tersebut benarbenar dialami oleh Hamsad Beliau menjawab bahwa adegan di cerpen tersebut benarbenar fiktif.
Padahal konon, proses lahirnya cerpen tersebut terilhami dari pertemuan Hamsad dengan seorang gadis ketika berlangsung temu sastrawan nusantara di Sumatera Barat.
Lalu ada 'Lagu di Atas Bus', Bagaimana semua lagu di seluruh tanah air harus mengalah oleh sebuah lagu ketika penumpang meminta diputarkan lagu kesayangan di sebuah perjalanan.
Lagu itu adalah Indonesia Raya,
Hamsad bercerita tentang kematian yang urung ketika tubuh sakitnya dibangunkan para sahabatnya, yang ia kisahkan dalam 'Saya Sedang Tidak Menunggu Tuan!'.
Tahunbeliau terserang stroke.
Selain ceritacerita lain yang tak kalah indah, yang lebih menarik dari buku ini adalah perbedaan pendapat tentang karya sastra itu fiksi dan fiksi itu bohong Hamsad Rangkuti dan karya sastra berbeda dengan kebohongan dan harus melawan kebohongankebohongan di masyarakat F Rahardi dan Taufiq Ismail.
Yang dituangkan dalam pengantar buku ini yang ditulis Hamsad berjudul 'Imajinasi Liar dan Kebohongan Proses Lahirnya Sebuah Cerpen dan penutup buku ini yang ditulis F Rahardi yang berjudul 'Antara Fiksi dan Kebohongan'.
Ahiya, Bibir dalam Pispot meraih Katulistiwa Literary Award tahun,
Selamat membaca! Isi kumpulan cerpennya edanedan, liar, dari sebuah ide yang sederhana bisa menjadi cerita yang luar biasa diakhir, bisa buat kamu senyumsenyum sendiri karena patahan endingnya.
Favorit cerita, Lagu di Atas Bus cerita yang sederhana tapi di kemas luar biasa, isinya ada toleransi, nasionalisme, budaya sampai kritik fasisme.
"Begitu imajinasi dituturkan ataupun dituliskan dan didengar atau dibaca orang lain, kita telah menciptakan kebohongankebohongan kepada orang lain, " Halaman
Menilik ceritacerita pendek tahun delapan puluhan sangat menarik, Di buku ini adajudul yang semuanya pernah terbit di media massa dari tahunhingga,
Ada perbedaan pada gaya bercerita, di mana perulangan kalimat kerap dilakukan tidak seperti cerpencerpen saat ini, Namun, tetap saja endingnya selalu di luar dugaan, Ciri khas cerita pendek korankoran ibukota,
Sebut saja "Petani itu Sahabat Saya" di halamandan "Wedang Jahe" di halamanyang membuatku terpingkalpingkal,
Favoritku "Antena" dan "Saya Sedang Tidak Menunggu Tuan!" yang menceritakan tentang dosa hingga kematian, membuatku tidak bisa tidur karena terlalu memikirkannya.
Entah, aku selalu suka dengan cerita kematian sekaligus yang membuat gelisah tiap malam,
Pada akhirnya setiap penulis akan punya ciri khas masingmasing, seperti Hamsad Rangkuti yang dikenal menggambarkan kisah sederhananya dengan cara yang kreatif.
"Suatu hari semua kita akan pulang, Kita semua tahu itu. Tapi semua kita belum siap, Selalu begitu. Belum siap untuk mati. " Halamanakhirakhir ini memang saya memilih buku kumpulan cerpen sebagai bacaan, sebab cerpen bagi saya seperti pemaparan peristiwa dengan ringkas dan emosionil, dan 'kumpulan cerpen' berarti ada berbagai macam emosi yang saya dapat dari beragam peristiwa yang tersaji dalam satu buku.
begitupun dalam buku kumcer Hamsad Rangkuti yang pertama kali saya baca yang diterbitkan tahunini saat itu saya masih anak ingusan kelasSD.
akhirakhir ini juga, ketika saya hendak membaca buku, saya berkomitmen untuk membaca kata pengantar atau pendahuluan atau prolog jika ada sebelum masuk ke bagian inti, sebab nyatanya itu penting untuk memberi gambaran cerita yang akan saya lahap.
dan saya pikir, tujuan dari adanya kata pengantar atau pendahuluan atau prolog ini adalah untuk membangun impresi pembaca, kata pengantar di buku kumcer ini menarik dan cukup panjang, yang diberi tajuk Imajinasi Liar dan Kebohongan Proses Lahirnya Sebuah Cerpen.
sesuai tajuknya, kata pengantar ini bercerita bagaimana proses kreatif seorang Hamsad Rangkuti mengawali perjalannya sebagai seorang penulis bersejarah Indonesia dan bagaimana ia menelurkan banyak karyanya.
jawabannya adalah: kejadian seharihari. sungguh, kata pengantar ini sangat membuka wawasan saya tentang cerita dibalikcerpen dalam buku ini, lucu, menggelitik, menggemaskan.
memang jika dipikirpikir lagi, dengan penulis memaparkan latar belakang karyanya di awal, imajinasi saya jadi terbatas, karena sebenarnya beberapa cerpen membutuhkan tafsiran lebih lanjut mengenai pesan dan inti cerita yang ingin disampaikan.
seperti pada cerpen Lagu di Atas Bus, Dia Mulai Memanjat, dan Saya Sedang Tidak Menunggu Tuan!.
saya punya tafsiran sendiri, tapi tenang saja, tidak akan saya jabarkan di sini, kau harus menikmatinya sendiri dulu, namun ternyata, hal tersebut tidak menjadi masalah besar, sebab Hamsad berhasil membawa saya menikmati setiap alur yang ia sajikan tanpa pemilihan diksi yang anehaneh.
ceritaceritanya memang perihal keresahannya akan apa saja yang ia lihat dan dengar di kesehariannya, saya bisa merasakan kegelisahan si maling yang terpaksa menelan kalung yang ia curi dalam cerpen Pispot, saya bisa merasa begitu kasihan dengan Nyak Bedah, si penjual nasi uduk yang kelabakan di tengah jaman modern dalam cerpen Nyak Bedah.
saya juga tak bisa menahan tawa ketika membaca kisah Fuad yang berjumpa dengan kawankawan lama di desa tempat tinggalnya sepulang merantau dari negeri orang dalam cerpen TekaTeki Orang Desa
mereka begitu sederhana.
ceritacerita yang lahir dari pengamatan peristiwa seharihari yang dikemas atas imajinasi liar dan menghasilkan cerita yang ciamik,
sstt . . sepanjang ulasan ini saya tidak membahas satu judul cerpen Hamsad yang katanya sungguh menarik dan dibicarakan dimanamana, ialah Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu, ya, memang menarik bahkan dengan membaca judulnya saja sudah bergairah, bukan tidak, saya tidak akan berbicara apapun mengenai cerpen ini, kau harus menikmatinya sendiri dulu, .
Gather Bibir Dalam Pispot Generated By Hamsad Rangkuti Readable In Version
Hamsad Rangkuti