suka kumpulan features ini, Cara nulis Sindhunata keren dan sangat menyentuh, Ceritanya macam. Semuanya tentang orangorang miskin. sebetulnya ini buku "ketangkep" ama emak lagi
cuman gue gak bakalan masukin dialog antara emak dan anaknya kali ini, repoooooooot lah,
lagian, dibukunya ada "ancaman" tuh, kikikiki Sutiyem keluar menjemput "anaknya", "Ngapa kowe esuk esuk rene, Ayo bali. . " Lalu ia berjalan di ikuti binatang itu,
binatang itu seperti manusia, ia tahu di sayang dan mudah di didik seperti manusia,
bahkan seringsering binatang lebih tahu disayang daripada manusia,
"Hidup es teh!" Membaca buku ini membuat kita jadi lebih bersyukur karena hidup di masa sekarang, dengan segala fasilitas untuk segala kemudahan dan pendidikan yang membuat kita untuk berpikir maju, Sosoksosok manusia di buku ini hidup dalam penderitaan karena masa atau jaman dan kurangnya pendidikan tapi tidak terkesan bahwa mereka hidup sengsara dan menderita, justru mereka hidup bahagia dengan segala kekurangan dan keterbatasan fisik dan usia, dan yang menambah kagum adalah mereka masih bisa memberi dan memikirkan sesamanya.
Hebat!
Buku pertama Sindhunata yang kubaca, dan aku sudah dibuat haru biru dengan tulisantulisannya ini, bercerita mengenai suka duka orangorang tua dan cacat dalam menyambung hidup, tapi tidak membuat aku jadi KASIHAN, tapi malah malu terhadap diri sendiri karena masih suka mengeluh dan kurang bersyukur terhadap apa yang sudah kudapatkan.
Sosoksosok manusia dalam buku menggambarkan betapa kerasnya hidup dan cermin betapa menakutkannya menjadi tua di negeri ini, Tidak ada pensiun, tidak ada tunjangan hari tua, tidak ada kesehatan yang melindungi jutaan orangorang tua di Indonesia, Sepertinya hidup tak pernah istirahat, tapi tidak membuat mereka untuk menyerah tapi malah membuat mereka hidup dalam kesederhanaan dan kebijaksanaan, Sekali lagi Salut!
DibandingTokoh yang mewarnai Jakarta BeniampMice , Buku ini juga membuka mata kita generasi muda hehehe, . buat yang merasa muda bahwa ada banyak profesi di negeri ini,seperti: Mbok Tukinem yang buta adalah penjual gerabah dan penganyam tikar, Pak Raidi yang buta juga adalah pembuat pengki, Pak Gacuk si pembuat dan penjual kuas, Pak Suwardi pembuat dan penjual truk mini mainan anak, Pak Sai yang buta pembuat dan penjual arang, Para Penyotok Nener Ikan Bandeng di Sidoarjo dan Gresik,atau Nenek Superwoman dari kali Bekasi,Nenek Aminah pendayung rakit.
Profesi yang sepertinya sepele tapi sangat berarti buat kehidupan disekitarnya, Hidup yang keras membuat mereka jadi kreatif,
Mengutip beberapa katakata dari Pak Guno yang menjadi idolaku dibuku ini, mengenai keindahan:
"Saya sendiri sekarang bingung, mana ukuran keindahan sekarang ini, Dulu seniman kita suka melukis gerobak beroda kayu, harga lukisan bisa lebih mahal daripada gerobaknya, Sekarang mereka tidak mau melukis gerobak karena rodanya sudah diganti dengan ban, Atau pembicaraan mengenai penulisan sejarah dalam sastra beliau bicara seperti ini:
, "Dan ingatlah ini, saudarasaudara ilmiawan ini sebaiknya jujur saja, Yak ah, wong sama nama dan riwayat canggahnya saja banyak diantara saudarasaudara yang tidak tahu, lha kok saudara malah menyelidiki neneknya Napoleon, keponakan Hittler dan sebagainya, Untuk apa Saudara paham Mesir zaman prasejarahnya, tetapi malah tidak tahu dan tidak memasukkan Kencanawungu, Darmawulan ke dalam tulisan saudara, Dibohongi tentang sejarah asing pun kita tidak tahu", . Beuuh yang ini nohok banget yah Pak Guno emang jagoan melawak, . . hehehehe.
Ohya dari buku ini aku juga baru tahu kalo jadi Penyotok Nener Ikan Bandeng tuh harus: Jujur,tidak boleh berkelahi dan pantang main perempuan, bila tidak dipatuhi, bisa jadi pulang dengan tangan hampa, tanpa Nener.
Mengikuti saran Pak Gacuk si pembuat kuas: Yang penting Hidup ini bisa merasakan keenakannya, .
Oke temans, akhir kata aku akan lebih bersyukur mengenai hidup dan bersenandung dengan riang lagu Leo Kristi, Olele ole olehio. Olala ola olahie, olele ole olehio, olala ola olahie,
beuuh PD banget, padahal gak tahu lagunya, hehehehehe Alinea terakhir dari salah satu artikel dalam buku ini, mbah Setro, sangat menyentuh bagi saya:
"Meski miskin, suami istri Setro merasa tidak berkekurangan, 'Untuk kami berdua, segelas beras sudah cukup, Yang mesti kami pikirkan, bagaimana menyumbang tetangga yang mempunyai hajatan, ' hidup jujur, tidak mengambil milik orang lain, hanya itulah yang setiap hari diminta mbah Setro dan istrinya, Tiap hari mbah Setro menyunggi arang, Upayanya ini seakan siasia karena tak membuahkan apa, Tapi justru dalam upayanya itu tersimpan penghargaannya yang dalam terhadap hidup ini: bahwa hidup ini harus dijalani dengan tekun, jujur, dan sungguh, kendati rasanya siabelaka"
Alinea tadi menggugah saya untuk mengkaji kembali apa yang telah saya lakukan dalam kehidupan Apakah ambisi dan perjuangan saya dalam karir, telah membuat saya bahagia Betapa banyak waktu yang harusnya saya lewatkan bersama temandan keluarga hilang karena kesiaan tadi
Saya telah kehilangan sisi humanis dalam diri saya dan menjadi robot tanpa perasaan.
Buku ini mengingatkan saya untuk kembali menjadi manusia! Sebuah karya jurnalistik Sindhunata yang pernah dimuat di harian kompas pada tahunan,
Berisi kumpulan feature yang menggambarkan kehidupan pantang menyerah dan ikhlas dari mereka yang jelata, yang masih belum beruntung, yang tersisih dan terpinggirkan,
Tangis adalah kesempurnaan para malaikat, Irama bunyi musik dari biola, Takkan pernah ia dapat diukur manusia
Begitu tulisnya,
Kisahkisahnya mengajak kita untuk menanyakan kembali kepada diri kita, apakah kita masih perlu merasa diri sebagai orang yang kurang beruntung Apakah kemudian kita pantas menyerah begitu saja pada kesulitan hidup Bagus buat belajar bikin feature, tapi temanya sama dan monoton, jadi tidak disarankan untuk dibaca terusmenerus.
Buat selingan bacaan lain, ok lah, : Merupakan buku pertama Sindhunata yang aku baca, Bercerita tentang orangorang yang menjalani kehidupan yang keras namun tetap tidak menyerah, Hidup memang harus dijalani, susah dan senang bisa jadi berbeda pada setiap orang, Bagi kita yang sepertinya lebih tidak susah, semestinya bersyukur dan malu terhadap orangorang yang lebih susah dengan penderitaan yang lebih besar namun tetap memikirkan kesusahan orang disekitarnya, Mereka orangorang hebat.
Bagaimana rasanya terpaksa harus puasa garagara tidak ada makanan tidak ada uang
Bagaimana pula rasanya harus menahan sakit kanker karena tidak sanggup membayar biaya perobatan Mengerang sejadinya.
Memanfaatkan air untuk mengurangi rasa panas
Tidak terbayangkan bagaimana nenek tua usiatahun pekerjaannya mendayung rakit penumpang Bayarannya Rp,Rp Hidup sebatang kara.
Saya tidak tau sejauh mana antara Yogyakarta dengan Semarang, tapi merasa sedih membaca kisah pencari nafkah yang harus berjalan kaki menyusuri dua daerah tersebut, Hasilnya pun tidak memuaskan, terkadang pulang tanpa hasil,
Buku ini bercerita mengenai kisahkisah hidup orang Indonesia, yang serba kekurangan tapi yakin dan mampu bertahan hidup, Kontennya jelas menggambarkan setiap kisah, Bahasanya menarik, mudah dimengerti.
Direkomendasikan buat kita yang butuh kisah renungan, Sangat menginspirasi.
Sayangnya konten pada buku ini bersumber dari koran Kompas yang sudah lalulalu,
jadi kisahnya tidak ditemukan saat ini, Seandainya ada, saya ingin ketemu dengan orangorang yang digambarkan pada buku ini,
Jangan lupa membaca buku ini :,