Get Your Hands On DIGITARIUM Composed By Baron Leonard Offered As Digital Edition

bernuansa action pertama yang saya baca, Membaca buku ini seperti sedang menonton film action, berdebardebar rasanya membayangkan tiap adegan, Seandainya dibuat versi filmnya, saya mau nonton!

Buku ini memang tebal, tetapi di situlah kelebihannya, Karena ceritanya yang seru, saya jadi ingin terus membalik halamannya,

Recommended!
Salut buat Baron, Aku sedang ingin mencari bacaan yang bergenre aksi belakangan, tapi aku tak menemukan judul yang menarik, Lalu tibatiba aku teringat kalau aku belum pernah membuat review untuk novel yang sudah lama sekali kubaca ini,

Tanpa terlalu masuk ke dalam ceritanya, karena memang agak susah dibahas, ini novel aksi berlatar pertengahan dekadean yang penuh femme fatale, penuh adeganadegan aksi yang kalau difilmkan pasti akan akan memerlukan banyaaak CG dan peran pengganti, serta intrik dunia kejahatan yang agak sukar dijelaskan secara ringkas.


Gamblangnya, ini ibarat film penuh tembaktembakan, ledakan, dan bunuhbunuhan, yang di dalamnya kau tak begitu mengerti apa yang terjadi, tapi kau tetap mengikuti karena aksinya lumayan bikin kau wow.
Mungkin kayak filmfilmnya Michael Bay Agak aneh aku pakai ungkapan ini, karena perasaan pas novel ini terbit, nama Pak Bay belum setenar sekarang, Ini bukan cerita yang aksinya membuatmu berdebar karena simpati yang kau rasakan terhadap para tokohnya, macam Die Hard atau Speed atau La Femme Nikita.
Ini lebih kayak film aksi yang keluar sesudah pengaruh luas yang dibawa oleh The Matrix gitu, Lengkap dengan cewekcewek berbahaya dan jagoan yang berhadapan dengan para penjahat yang saking jahat dan sadisnya, mungkin bagi beberapa orang terasa komikal, Ada sih, protagonis cowoknya satu, yang memegang semacam peran kunci, tapi enggak berperan lebih besar dalam cerita,

Melihat lagi ke belakang, aku agak sedih karena kayaknya enggak banyak orang yang sempat baca novel ini, Yah, iya sih. Berhubung novelnya agak tebal. Lalu intriknya lumayan rumit untuk dimasuki, Karakterisasinya juga mungkin bisa lebih diperdalam, Tapi ada kekecewaan yang mendadak kurasakan begitu melihat kalau Pak Baron Leonard kayaknya semenjak saat itu tak menerbitkan karya apaapa lagi, Atau beliau berkarya, hanya saja menggunakan nama pena yang berbeda,

Dulu sekali, aku memutuskan membeli novel ini selain karena pikiran "Apa ini" juga karena ini diterbitkan Penerbit Akur, Di masamasa itu, aku seriusan suka dengan bukubuku terbitan Penerbit Akur, Aku juga enggak terlalu bisa menjelaskannya kenapa, Yah intinya: pengharapanku begitu beres baca ini adalah ntar pasti akan muncul bukubuku dengan genre sejenisnya, cuma jadinya lebih bagus, Tapi enggak. Enggak ada.

Enggak ada lagi novel penuh aksitrashykayakginihanyadenganceritadankarakterlebihbagusyangterbit, Sehingga saya kecewaaaaa!

Saya kecewa, Saudarasaudara!

Saya jarang bersikap dramatis
Get Your Hands On DIGITARIUM Composed By Baron Leonard Offered As Digital Edition
dalam repiurepiu buku saya, tapi untuk sekali ini perlu saya tekankan kalau saya kecewaaaaaaaaaaaa!

Yah, itu saja.


Buku ini jenis yang langka, Jadi kalau misalnya kalian menemukannya, kusarankan kalian baca, Enggak usah maksain beli. Asal baca. Kalian mungkin enggak akan ngerti garis besar ceritanya dan bakal dibuat mengernyit berulangkali sama beberapa hal di dialog dan adegannya, tapi tetap ada sesuatu di dalamnya yang mungkin akan kalian anggap berkesan.


Lalu, kalau misalnya ada Pak Baron Leonard baca ini, tolong kalau bisa, buat karya baru yang sejenis!

Omongomong, meski dadakan, perlu kuakui klimaks yang terjadi saat badai itu terjadi terbilang rame.
Inih buku gila.
Ini buku tebal yang terasa tebal, Biasanya kalo baca novel tebal cepet dan nggak kerasa tibatiba udah sampek ke akhir nah buku ini nggak bacaya tuh terasa lama banget, mungkin artinya aku kurang menikmati buku ini, well, emang lebih suka nonton film action dari pada baca buku action, bayangin adegannya lebih ngeri soalnya,
Pas baca tengah tengah kok kayaknya loncatbanyak satu orang yang punya banyak nama eh baru tau kalo emang bener orangnya banyak, nih novel benerkayak film action beneran endingnya juga oke, Enigma akhirnya muncul juga. Well aku paling benci endingnya tyo sama erwin, Aku nggak rela banget penjahat itu menang, :
Tapi over all lumayan dan memegangkan,
Tokoh favoritku Dion sama Piyada, :
Good. seruu,saya suka dengan sandi/kode, Di buku ini lumayan menantang : pertama baca brasa pusing sama alur crita, tapi lamaseru juga : Yin tersenyum, "Anda memang benarbenar Bapak Wijayakusuma, . . "

"Merupakan sebuah kehormatan besar bagi saya untuk bertemu Anda, Nona Yin Mei Fang informan terhebat dari Alpha dan Omega," ujar Wijayakusuma sambil menjulurkan tangan, hendak bersalaman.


Yin mengacungkan pistolnya ke arah dahi Wijayakusuma sambil berkata, "Faktor ketiga yang akan menjadi pemenang, . . "

Wijayakusuma baru menyadari bahwa yang di hadapannya bukanlah Yin Mei Fang, melainkan orang lain!

"A, . a. . anda adalah !" Peluru melesat kencang menuju dahi, berputar sangat cepat mengebor tulang seolah menggali kuburnya sendiri, bersemayam di dalam kepala Wijayakusuma untuk sepersekian detik kemudian membuat jalan keluar melalui tempurung kepala belakang, menembus! Wijayakusuma roboh ke lantai, menghembuskan nafasnya yang terakhir.


Proses hidup normal itu telah dilalui sang gadis, mencicipi pengalaman demi pengalaman, pahit maupun manis, Namun ada sesuatu yang hilang dalam dirinya, . . entah apa.



Barangkali tidak berlebihan bila kami menyebut DIGITARIUM, karya perdana Baron, adalah sebuah keberanian baru yang melahirkan genre Novel Aksi pertama di Indonesia, Sebagai penulis muda, Baron secara inovatif memperlihatkan kepiawaiannya menelusuri bidakbidak imajinasi dan meramunya menjadi simpulsimpul aksi yang menguras adrenalin,

Dikemas dalam tradisi "The Matrix", "Soprano", dan "James Bond" sekaligus, DIGITARIUM mengantar kita ke dalam surealisme, pas di tepi jurang antara kebaikan dan kejahatan, Membaca DIGITARIUM persis meneguk secangkir kopi tubruk panas, Kita tidak akan berhenti, kalau belum merasakan bubuk kopi di dasar cangkir, Lumat hingga tuntas, saking serunya, Kafi Kurnia.