Grab Instantly Puncak Kekuasaan Mataram: Politik Ekspansi Sultan Agung Designed By H.J. De Graaf File Format Copy

ini menghancurkan bayangan saya bahwa Sultan Agung adalah pemimpin benevolent, bagus untuk menambah wawasan sejarah Jawa dan tentunya, buku mengganti bayangan anda tentang Raden Mas Rangsang.
Ini adalah bagia keempat dari serial tulisan de Graaf mengenai Mataram, Mungkin adalah seri yang paling dibaca orang, skimming dulu, akan ditransfer ke pakde nanto, Rasa penasaran dan keinginan utk mendapatkan gambaran yg utuh menggiring gw menyelurusi sejarah hingga masa Kesultanan Mataram, Bingung Pasti Setelah sedikit demi sedikit mendapatkan gambaran yg diinginkan, rasa bingung itu terbayar lunas oleh rasa puas,
.
Ceritanya bermula seperti ini,
Semua penelusuran ini bermula dr pertanyaan sederhana, 'proses politik seperti apa yg menyebabkan Indonesia bisa terjajah oleh Belanda', Kalau diperhatikan, kata kuncinya adalah 'proses politik' dan 'terjajah',
.
Pertama, 'terjajah'. Apakah sejak awal Belanda sdh berniat menaklukkan wilayah baru Indonesia Seberapa besar kemungkinan bhw mrk sebenarnya awalnya hny ingin berdagang dan berlanjut ke monopoli perdagangan demi kepentingan persediaan kebutuhan pemberontakan terhadap Spanyol, kemudian krn perkembangan situasi politik satu dan lain hal di Indonesia, mrk memanfaatkannya lebih jauh
.

Pertanyaan tsb menggiring ke kata kunci kedua, 'proses politik', Jika kemungkinan kalau pd awalnya mrk hny ingin berdagang tp kemudian perkembangan politik yg ada membuat mrk mampu memanfaatkannya cukup besar, proses politik spt apa yg melatarbelakangi terjajahnya kita saat itu
.

Menelaah sistem politik Jawa saatsaat awal perjalinan hubungan VOC menjadi penting, Dlm buku sitelinkNegara dan Kekuasaan di Jawa Abad XVIXIX karya Soemarsaid Moertono yg sdh diulas sblmnya, diceritakan klo sistem politik berpangku pd individu seorang Raja, yg melandaskan kekuasaannya berdasarkan pemahaman magisreligius masyarakat Jawa saat itu.
Lantas, bagaimana Raja menggunakan kekuasaannya menjadi faktor penting berikutnya yg perlu ditelusuri,
.
Oleh karenanya, mau tdk mau, penelusuran demi penelusuran membawa kita mundur ke belakang utk mempelajari seluk beluk pemerintahan Kesultanan Mataram terlebih dahulu, Bagaimana ambisiusnya Sultan Agung utk menaklukkan seluruh wilayah Jawa, termasuk upaya menaklukkan Batavia yg waktu itu merupakan lokasi Pemerintah Tinggi Belanda, Bagaimana ia menggunakan segala macam cara, termasuk lobilobi politik dgn Gubernur Jenderal Belanda, Semuanya diceritakan scr lengkap dlm buku ini, walaupun terasa
Grab Instantly Puncak Kekuasaan Mataram: Politik Ekspansi Sultan Agung Designed By H.J. De Graaf File Format Copy
sedikit bias, penulis mengacu pd Babad maupun sumberBelanda, Bagi saya yang bukan pembaca buku sejarah, buku ini terbilang bisa dinikmati dengan mudah, Berbagai informasi sejarah disampaikan dengan gaya bahasa yang ringan, mudah dipahami, dan tidak bermaksud menggurui dengan memjejalkan aneka informasi sejarah,

Terlepas dari pro dan kontra, sosok beliau bisa dikatakan menjadi inspirasi bagi penguasa di luar Jawa, Meski gagal, idenya membentuk lumbung persediaan padi bagi pasukannya, merupakan salah satu inovasi dalam upaya melawan VOC, Bangaimana bangkai binatang dibuang ke sungai yang mengalir ke Batavia, merupakan ide cerdik! Ini merupakan buku pertama yang saya baca dari kesuluruhan seri yang ditulis de Graaf.
Pada pembahasan awal berbicara mengenai Panembahan Seda Ing Krapyak yang menjadi tokoh di antara Panembahan Senapati dan Sultan Agung, Dalam buku ini secara jelas de Graaf mengungkap upaya penaklukan seluruh Jawa oleh Sultan Agung dari penyerangan ke kotakota pesisir hingga upaya penaklukan Blambangan.
Hubungan dengan kompeni yang pasang surut menjadi titik paling menarik, terlebih ketika kompeni memberi hadiah berupa beberapa unit meriam yang akhirnya digunakan oleh orang Mataram untuk mengepun Batavia itu sendiri.
melengkapi De Graaf series. cuma bacanya kayaknya kudu super duper niat, waktu owe sedang sempit untuk leyehleyeh baca yang beginian, Terbunuhnya Kapten Tack aja belum tamat, Hermanus Johannes de Graaf.